News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Ahsanul Khalik: Pidato Saya Tidak Ada Politik Praktis dan Semangat Jurakan

Ahsanul Khalik: Pidato Saya Tidak Ada Politik Praktis dan Semangat Jurakan

Ahsanul Khalik
Kepala Dinas Sosial NTB Ahsanul Khalik yang akrab disapa AKA saat mewakili Gubernur dalam acara halalbihalal Himpunan Masyarakat Lombok (HIMALO) di perantauan yang digelar di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, Ahad (7/5/2023).

MATARAM, -  Kepala Dinas Sosial NTB Ahsanul Khalik yang akrab disapa AKA mengatakan bahwa dalam pidato Saya tidak ada politik praktis dan kata " Semangat Jurakan ".


Ramai di media bahwa anggota DPR RI dari PDI Perjuangan, H Rachmat Hidayat, mengingatkan Gubernur NTB untuk menindak tegas adanya pejabat Pemprov NTB yang terlibat politik praktis.


Pernyataan Rachmat itu termuat di media, menyusul beredarnya potongan video pidato sambutan Kepala Dinas Sosial NTB, H Ahsanul Khalik, di berbagai group WhatsApp. Potongan video itu diketahui merupakan sambutan Akhsanul saat mewakili Gubernur dalam acara halalbihalal Himpunan Masyarakat Lombok (HIMALO) di perantauan yang digelar di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, Ahad (7/5/2023).


Menanggapi hal itu, Kepala Dinas Sosial NTB Ahsanul Khalik, mencoba mengklarifikasi bahwa apa yang beredar luas itu tidak sepenuhnya seperti yang dibayangkan. Ia menegaskan pernyataannya yang terekam di video tidak utuh.


"Saya sangat takzim dan terima kasih kepada senior kita, orang tua kita Pak Rachmat Hidayat. Apa yang beliau sampaikan saya yakini sebagai bukti cintanya beliau kepada saya sebagai penerus Sasak di masa depan. Maka atas kecintaan beliau itu saya juga mohon ijin kepada beliau untuk menjelaskan secara utuh bagaimana yang sebenarnya. Kan tidak bisa kita memahami sesuatu dari potongan video, yang ada dan beredar di medsos," kata Ahsanul Khalik.


Dia menjelaskan, pernyataannya pada acara halalbihalal Himpunan Masyarakat Lombok di TMII sangat panjang dan itu ada awalannya dan situasi kebatinan di sana kalau yang ada di lokasi akan paham.


"Ada prolog dari orang tua kita, Miq Tjuk Sudarmadji, yang saat itu memaparkan bagaimana kita bangsa Sasak saling menghilangkan sikap dan sifat saling menjatuhkan satu sama lain. Seperti Jurakan selama ini. Kita memang Sasak ini suka sekali Jurakan. Kita orang Lombok punya tanah tapi tanah kita dikuasai orang lain, ini menjadi catatan kita bersama untuk melakukan pembenahan di masa depan. Itu kata Miq Tjuk Sudarmadji," jelas Ahsanul.


Menurut dia, bagian itu yang kemudian menjadi salah satu hal yang dikupas dalam sambutannya.


"Saya memulai dengan apa yang tertuang dalam Al Qur'an Surat Al-Imran 103, yang artinya Dan berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara. Ayat ini saya baca lengkap. Kenapa ayat ini, karena saya menyampaikan bahwa halal bihalal yang dilaksanakan HIMALO dalam rangka kita menuju bagaimana persaudaraan Sasak dalam meraih kegemilangan seperti tema halal bihalal," katanya.


"Saya sampaikan Sasak ini kita banyak ada yang meriku, ada yang mbe me lai, ada juga yang lito late. Ini maknanya kemudian sesuai ayat itu, Allah berikan kita kenikmatan bagaimana menyatukan hati kita lalu dengan karunia Allah kita dipersaudarakan," urainya.


Terkait dengan apa yang disampaikan oleh Miq Tjuk Sudarmadji, pada poin "kita punya tanah tapi tanah kita dikuasai orang lain, tanah kita dimiliki orang lain, tanah kita dipegang orang lain", Akhsanul memberikan gambaran. Dia sampaikan bahwa Gubernur NTB sangat terbuka. Bahkan dalam beberapa media baru-baru ini, Gubernur menyampaikan, ada banyak tokoh di Lombok yang bagus dan didorong maju untuk ikut kontestasi pemilihan Gubernur.


"Pak Gubernur menyebut nama Mamiq Gita (Sekda) dan Lalu Iqbal (Dubes) sebagai orang yang layak maju pada Pilgub. Pak Gubernur mengatakan saya dukung kalau mereka-mereka ini maju. Artinya, Pak Gubernur sangat memberikan ruang, silahkan siapapun tokoh Sasak sangat didukung untuk maju, yang memahami kesasakkannya dan ke NTB annya. 


Tapi kalau tidak ada yang maju, maka ya kita biarkan Bang Zul maju lagi. Pada pernyataan ini sebagai penegasan bahwa sesungguhnya kita semua berharap akan muncul tokoh-tokoh Sasak yang memiliki kapasitas supaya maju di daerah ini," jelas Ahsanul.


"Kita memang suka sekali ada oknum (sebutan Kadis Sosial oknum di pidato) kalau ada orang Sasak yang hebat mau jadi ini, jadi itu, selalu kemudian muncul ada oknum dari Sasak sendiri yang mengatakan wah dia tidak cocok, ini belum cocok dan sebagainya. Ini yang seharusnya mulai kita hilangkan," katanya.


"Selanjutnya saya mengingatkan pada halalbihalal HIMALO bahwa NTB itu bukan Sasak saja. Ada Samawa dan Mbojo, kenapa tidak pada masa datang kita bisa halal bihalal keluarga besar Diaspora NTB di Jakarta ini," katanya.


Akhsanul menambahkan bahwa pidato ini disaksikan ratusan warga masyarakat Diaspora Lombok yang hadir pada halal bihalal di TMII. Dan karena mereka semua mendengar utuh dan menyaksikan langsung pidatonya, mereka disebut sangat paham bagaimana suasana kebatinan dan isi sesungguhnya dari pidato tersebut. Bahwa tidak ada penghinaan dan tidak ada politik praktis.


"Sebagai Sasak lebung, apa ya saya akan menghina diri saya dengan kesesakan yang saya miliki, dan tidak ada juga bagian politik praktis, karena apa yang saya sampaikan adalah dalam batasan standar dan kaidah berbangsa dan bernegara," tegas Ahsanul.


Sementara itu, Syahrier Rohman, salah seorang anggota masyarakat Diaspora Lombok yang berkarier di Jakarta dan ada hadir langsung di TMII pada saat halal bihalal memberikan kesaksian. Dia mengatakan bahwa kesalahpahaman yang seperti ini perlu diluruskan.


"Saya salah satu peserta yang hadir ingin meluruskan bahwa dalam sambutannya pada acara halal bihalal HIMALO, Akhsanul Khalik meminta kita semua bangsa Sasak mulai dari sekarang saling junjung, saling angkat dan jangan ada yg suka saling menjatuhkan. Jadi beliau membakar semangat kita untuk mulai sekarang menjadi bangsa yang berani tampil di depan, saling bantu, saling junjung dan saling hargai apabila ada saudara-saudara kita hendak tampil menjadi pemimpin. Bukannya saling sikut dan saling menjatuhkan, jangan sampai terjadi hal tersebut," jelasnya.


"Kalaupun hingga saat ini belum ada yang siap, gak ada salahnya kalau pak Zul kembali tampil daripada kita dipimpin oleh orang-orang dari luar daerah, karena dari daerah lain pun banyak yang ingin menjadi pemimpin di NTB," tambah Syahrier Rohman.


"Pak AKA justru membakar semangat bangsa Sasak untuk jangan malu-malu lagi tampil menjadi pemimpin bangsanya sendiri dan jangan saling jatuhkan. Biarkan masa-masa lalu itu sudah lewat. Jadi kalau ada bangsa Sasak yang layak dan mau tampil menjadi pemimpin tahun 2024, ya kita semua harus mendukungnya. Begitulah pesan yang bisa saya tangkap dari pidato luar biasa Pak AKA (panggilan Ahsanul Khalik)," ungkap Syahrier Rohman.


Beredar hari ini pernyataan di media dari seorang tokoh Sasak, bahwa AKA menggunakan istilah *Jurakan* , padahal yang menggunakan istilah tersebut adalah Mieq Tjuk. Hal itu dikatakan H.Akhsanul Khalik yang akrab disapa AKA saat di hubungi melalui aplikasi WhatsApp. (Gl 02).

Tags

Global Lombok

Yuk Daftar Sebagai Pelanggan Setia Media globallombok.co.id Dapatkan Door Prize Nginep Di Hotel Yang ada Di lombok.

Posting Komentar